Hoax Tentang Solo Traveling - Solo Traveling atau traveling sendiri, buat sebagian orang yaitu kepuasan pribadi yang kadang tak terbeli dengan uang. Namun, banyak orang salah kaprah yang berujung pada hoax wacana Solo Traveling. Namanya juga hoax alias info bohong yang dapat menyasar apapun, termasuk juga memudarkan keinginanmu untuk solo traveling.
Kontemplasi dalam solo traveling -pic:pixabay |
Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi, tentunya saya ngak minta kau sangat setuju. Setiap orang, punya opini masing-masing akan pilihan, bagaimana mereka mau menjalani liburan.
Toh, kebahagian tiap orang dalam traveling beda-beda. Intinya, saya mau menciptakan gerakan anti hoax wacana solo traveling yang bikin kau mikir ulang, merenung ulang atau bahkan bergegas angkat ransel untuk segera memulai kontemplasimu. Yuk mulai gerakan anti hoaxnya.
Kisah Awal Solo Traveling Mbak Turis
Almarhum Bapak saya yaitu guru teater yang mempunyai sanggar teater di daerah Depok. Setiap animo liburan sekolah, selalu ada anak dari penjuru dunia numpang menginap di rumah, untuk ikut dalam workshop teater di sanggar.
Seorang anak asal Kolombia bilang, Jakarta yaitu kota ke 7 yang ia singgahi. Di ulang tahunnya ke 17, ia diberikan tiket ke India oleh orang tuanya.
Sejak ketika itu, saya selalu berpikir bahwa menjadi solo traveling itu menyenangkan. Saya pun memulai langkah pertama saya solo traveling ke Paris di usia 25 tahun.
Pengalamannya tak dapat saya tulis lantaran it was beyond my dream.
Tapi, pengalaman itu membentuk pribadi berdikari saya hingga kini. Bahkan, saya merasa punya talenta wacana menghapal peta jalan dan menandai marka tempat dengan baik, bahkan sesudah beberapa tahun tak kembali ke negara itu.
So, jika kau merasa takut memulai traveling sendiri you might change your mind after you've read the whole article.
Hoax Tentang solo Traveling
1. Tidak Ada Teman
Awalnya, saya solo traveling bukan lantaran tidak ada sahabat tapi rasanya, saya tertantang untuk dapat melaksanakan semuanya sendiri ( berdua bareng Tuhan YME). Ada rasa berbeda, ketika kau seolah ngomong ke diri sendiri wacana memecahkan peta menuju tujuan. Ada rasa percaya diri yang meningkat, ketika dapat hingga di tujuan dengan pijakan kaki sendiri.
Solo Traveling bukan hanya mengajarkan saya kemandirian, tapi juga melatih instingmu. Insting mengenali orang jahat, baik atau dengki dapat diasah loh.
Satu hal yang membekas yaitu kebiasaan saya yang sangat well organized ketika traveling. Semua hal, disiapkan di malam hari, semua ittenary sudah lengkap, pagi harinya sudah berdiri pagi dan memulai petualangan.
Mungkin banyak yang menyebut, traveling bareng sahabat yummy lantaran dapat berbagi. Saya sih setuju, tapi konsep dan hasil yang kau dapet ketika traveling sendiri beda dengan sama temen.
2. Tidak Aman untuk Perempuan
Pilihlah daerah atau negara yang ramah buat pejalan. Jalan sendiri atau bersama teman, tetap kita harus berhati-hati terutama ke daerah baru.
Saya selalu menyiapkan nomor telpon kedutaan besar Indonesia di negara yang saya tuju, just in case bad things happens.
3. Hanya Untuk Single
Siapa bilang, orang yang sudah berkeluarga tidak dapat solo travelling. Kebetulan saya sudah komitmen dengan mantan pacar ( sekarang suami ) untuk dapat solo traveling sekali dalam setahun. Trip lain, akan dimanfaatkan waktunya hanya untuk keluarga.
Menurut saya bila anak masih kecil memang agak berat, hal ini memang saya malah menghindari. Bila anakmu sudah mandiri, solo trip kembali dapat dilakukan. Lagi pula, pertumbuhan anak hanya sekali seumur hidup, tapi tempat yang kau tuju tetap ada disanakan.
Menurut saya, kita yaitu individu yang juga harus dibahagiakan. Prinsip saya, pribadi Ibu yang senang akan menciptakan keluarga bahagia. Buat saya, mengisi gelas dengan penuh yaitu dengan melaksanakan kontemplasi dalam solo trip.
Saat gelas dalam jiwa hampir penuh, saya siap membaginya pada keluarga dengan hati yg berbahagia. Itulah sebabnya, Ibu atau Ayah perlu Me Time, tidak usah merasa egois jika kau butuh me time. Solo Trip pun tak harus ke luar negeri, tak harus berhari - hari, dan tak perlu dilakukan segera.
Gerakan Anti Hoax
Hoax atau info bohong berdasarkan saya berbahaya. Kadang, pembuat hoax sengaja menciptakan semua hal seolah nyata.
Perjuangan melawan hoax pun, dapat dimulai dari generasi muda ibarat kita yang lebih 'melek' teknologi terutama wacana media sosial. Itulah yang diperjuangkan, Dimas Oky Nugroho yang merupakan editor buku Anak Muda dan Masa Depan Indonesia. Dalam Buku ini, Dimas mencoba merangkum fatwa generasi milenial dari banyak sekali latar belakang budaya dan pendidikan wacana masa depan bangsa yang benderang salah satunya melalui gerakan anti hoax.
Saya seneng banget, dapat mendengar eksklusif aspirasi generasi muda bangsa yang mengaku optimis dengan tugas anak muda dalam gerakan anti hoax. Lebih seneng lagi, lantaran peluncuran buku digelar si sebuah cafe yang asik banget namanya Diskusi Ruang Kopi di daerah Halimun, Jakarta.
Selain cafe yang menyediakan kopi enak, tempat ini juga menyewakan ruangan untuk kantor hingga tempat meeting yang asik dan instagramable.
Tentang kopi yummy bukan hoax loh hehehe. Cobain sendiri deh!. Saya berharap, kau tidak ragu untuk mencari kebahagiaan dalam hidup, buat banyak orang hal senang itu ukurannya beda dan mencarinya pun berbeda.
Bila memang menghirup udara di tempat baru, menapaki jalan gres hingga mencari petualangan yaitu hal yang kau cari, ikutilah intuisimu untuk segera berkemas dan traveling ke tempat impianmu dengan memulai solo traveling pertamamu.
Wisata Bandung Traveler
0 Response to "Tips Traveling: 3 Hoax Wacana Solo Traveling"
Post a Comment